PEREMPUAN DI TITIK NOL - NAWAL EL-SAADAWI
Identitas buku:
Judul buku :
PEREMPUAN DI TITIK NOL
Penulis :
Nawal el-Saadawi
Cetakan pertama : Agustus 1989
Cetakan ke-11 : April 2014
Penerbit :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Ketebalan :
176 halaman
Resensi:
Buku
ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Firdaus yang hidupnya
ditakdirkan untuk berkelana. Setiap sendi kehidupannya adalah kesedihan dan
ratapan terhadap penderitaan yang tak berkesudahan.
Firdaus
kecil tinggal bersama paman dan bibinya karena yatim piatu. Dirinya merasa
tersisih, karena tidak pernah dianggap ada oleh mereka. Dunianya terasa lebih
menyenangkan apabila sudah di atas balkon dan mendengarkan pertentangan yang
ditunjukkan oleh sepasang suami istri tersebut terhadap kehadirannya.
Takdir
mengatakan bahwa dunia Firdaus adalah seputar persetubuhan. Setiap lelaki hanya
perlu melihatnya sekilas untuk dapat tertarik dengannya saat itu juga. Kesempatan
emas baginya untuk mencari lembaran uang bagi anak yang hanya memiliki ijasah
menengah sepertinya.
Dengan
tubuh yang memikat, Firdaus mampu menjadi seorang pelacur dengan bayaran
tinggi. Dari uang itulah dirinya dapat membeli apapun yang diinginkan, dan
dapat hidup dengan lebih menyenangkan. Ingatan-ingatan masa lalu yang telah
berhasil membuat Firdaus menentukan pilihan untuk menciptakan kebahagiaannya
sendiri.
Berbagai
masalah dalam hidupnya telah membuat Firdaus tertekan dan mampu menimbulkan
emosi yang meluap-luap sehingga menjadikannya seorang pembunuh. Pembunuh yang
paling ditakuti sekalipun. Sampai pada hukuman matinya tiba, Firdaus nampak
seperti seorang yang sangat tenang, tidak memerlukan apapun karena usia
kehidupannya sudah dapat diketahui. Tujuan Firdaus dalam hidupnya sudah
tercapai: dirinya tidak membunuh dengan pisau, melainkan dengan kebenaran,
karena hanya itulah satu-satunya yang membuat dirinya sangat ditakuti oleh
siapapun.
Kutipan dalam novel:
- Setiap orang akan mati, dan yang paling penting adalah bagaimana kamu hidup sampai mati
- Yang hidup ialah orang-orang yang lebih keras dari hidup itu sendiri
- Perkawinan adalah lembaga yang dibangun atas penderitaan yang paling kejam untuk kaum wanita
- Hidup adalah keinginan, ketakutan, dan harapan yang memperbudak kita
- Oleh karena dunia penuh dusta, maka dia harus membayar dengan kematian
Komentar
Posting Komentar