LELAKI HARIMAU - EKA KURNIAWAN

RESENSI NOVEL LELAKI HARIMAU KARYA EKA KURNIAWAN



 
IDENTITAS BUKU
Judul Buku: Lelaki Harimau
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: Agustus 2014
Cetakan Ketiga : Desember 2015
Cetakan Keempat : Februari 2016
ISBN: 978-602-03-2465-4
Ketebalan: 190 halaman

SINOPSIS
            Dalam novel ini, saya menemukan diri Nuraeni adalah korban dari kaum patriarkial. Dirinya harus mengalami sebuah tradisi bernama perjodohan yang mana tindakan tersebut adalah sebuah tindakan yang membuat seseorang terbatasi dalam menentukan pilihannya, namun hal ini sudah dilakukan secara turun-temurun di desa tempat tinggalnya.
Nuraeni yang kala itu berusia 16 tahun harus menikah dengan Komar atas perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka. Nuraeni harus senantiasa menunggu Komar yang bekerja ke kota untuk memenuhi kebutuhan pernikahan mereka, sedang Nuraeni harus tetap menjaga kecantikan dirinya. Ibu Nuraeni senantiasa membelikannya lipstik, pensil alis, dan bedak. Hal ini kembali terjadi perspektif masyarakat bahwa perempuan adalah mahluk pasif. Seperti perlakuan orang tua Nuraeni terhadapnya yang senantiasa menyuruhnya untuk mengurusi seputar urusan dapur dan hanya perlu berdandan untuk menjaga kecantikan, sementara Komar yang pergi untuk mencari modal pernikahan dan lamaran.
Patriarkial masih berlanjut kala mereka telah menikah. Komar memenangkan haknya atas laki-laki, yang mana harus memenuhi nafsu birahinya dengan cara menyiksa Nuraeni untuk memenuhi nafu-nafsunya, bahkan di meja makan sekalipun.
Sementara itu, saya melihat keterbalikan dalam keluarga Anwar Sadat. Dalam hal ini, Kasia adalah seorang feminis liberal. Dirinya adalah seorang tulang punggung keluarga, karena suaminya adalah seorang pengangguran. Anwar Sadat dulunya adalah seorang pelukis yang bertemu dengan calon bidan bernama Kasia yang sedari dulu adalah orang kaya, sehingga membuat Anwar Sadat tidak perlu lagi bersusah payah menjual jasa lukisnya. Kasia mengetahui bahwa sejatinya Anwar Sadat adalah seorang mata keranjang, tapi dirinya membiarkan hal tersebut, asalkan tidak memiliki anak dari persetubuhan tanpa ikatan itu.
Anwar Sadat dan Kasia memiliki tiga orang anak. Laila dan Maesa Dewi merupakan pewaris sifat ayah mereka. Laila seringkali bersetubuh dengan lelaki lain walaupun dirinya telah memiliki seorang suami dan seorang anak yang juga merupakan hasil persetubuhan tanpa ikatan. Begitu juga Maesa Dewi yang seringkali dibuat hiburan anak-anak di warung usai pulang sekolah, dan dirinya merasa senang dengan hal ini.
Nuraeni yang merasa bosan dengan perlakuan Komar, berusaha untuk menghibur diri dengan keluar rumah dan menjadi pembantu di rumah Anwar Sadat. Dirinya merasa senang karena tidak lagi dihantui oleh kepulangan Komar yang sungguh menyiksa jiwa raganya. Namun, keluar dari rumah tidak sepenuhnya membawa kebahagiaan untuknya, karena Anwar Sadat sebagai seorang lelaki mata keranjang, membuatnya harus merelakan tubuh yang masih mewarisi kecantikan dimasa muda dijamah oleh lelaki asing yang baru dikenalnya sebagai majikan sampai dirinya hamil dan semakin membuat Komar marah serta terus menyiksanya tak peduli dalam perutnya terdapat seorang manusia yang akan lahir di dunia.
Sedangkan sebagai bentuk perhatian terhadap perempuan, penulis menyajikan Margio sebagai solusi atas penderitaan yang dialami Nuraeni. Margio yang sejak kecil juga harus merasakan penyiksaan dari Komar, telah menanamkan dalam dirinya bahwa suatu saat akan membalaskan dendam kepada seorang ayah yang tidak tahu diri ini dan bertekad untuk mengakhiri hidupnya. Melalui harimau putih yang diwarisi dari kakeknya, Margio berniatan untuk membunuh siapa saja yang bersedia merebut kebahagiaan ibunya.
Namun, karena Margio tidak tahu bagaimana cara mengendalikan harimau putih yang baru saja bersarang di tubuhnya, dia memilih untuk kabur dari rumah setelah melihat Komar yang sudah tua renta, tidak bisa melakukan perlawanan, dan Margio takut akan sungguh-sungguh membunuhnya melalui harimau ini. saat dia kembali ke rumah, didapati Komar yang telah sekarat tanpa campur tangan darinya sedikitpun.
Dendam Margio tidak lenyap begitu saja, dirinya terus mencari seorang lelaki yang dengan berani menancapkan benih janin yang diberi nama Marian, sehingga membuat perempuan ini disiksa lebih keji oleh Komar. Dalam pencariannya tersebut, dia menemukan seorang tersangka yang sudah sangat diyakini Margio sebagai selingkuhan ibunya, yaitu Anwar Sadat. Lantas, Margio menggunakan harimau putih yang telah berhasil dalam kendalinya untuk membunuh lelaki ini sampai-sampai kepalanya terpisah dari tubuh hanya dengan gigitan.

KELEBIHAN
-        Novel ini berisikan tentang kritik mengenai kaum patriarki maupun feminis, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai teori feminisme.
-        Permainan alur yang tetap menjadi ciri khas penulis dalam gaya kepenulisannya, sehingga saya sebagai pembaca semakin penasaran dengan isi cerita yang disuguhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sujiwo Tejo "Lupa Endonesa"

ENTROK - OKKY MADASARI

Bukan Pasar Malam – Pramoedya Ananta Toer