SERPIHAN MUTIARA RETAK - NINA PANE BUDIARTO


Nina Pane Budiarto – Serpihan Mutiara Retak
 


Identitas buku:
Judul buku                  : SERPIHAN MUTIARA RETAK
Penulis                         : Nina Pane Budiarto
Cetakan pertama         : Januari 1984
Cetakan ke-4               : Desember 1985
Penerbit                       : PT Gramedia, Jakarta 1984
Ketebalan                    : 249 halaman

Resensi:
            Buku ini menceritakan tentang seorang anak remaja bernama Adelia yang memiliki kedua orang tua kaya raya. Dirinya memiliki wajah yang cantik, serta pintar dalam hal akademik. Adelia adalah anak terakhir dan merupakan satu-satunya anak yang didambakan oleh orang tuanya untuk menjadi insinyur setelah kedua kakaknya gagal. Hal ini membuat Adelia mendapatkan perlakuan keras dari orang tuanya, termasuk untuk tidak mendekati lawan jenis.
            Tetapi karena Adelia sudah bosan dengan peraturan yang dibuat oleh orang tuanya, sehingga mengharuskan dirinya berpacaran secara sembunyi-sembunyi dengan Arfian. Beribu alasan digunakan Adelia untuk mengelabuhi orang tuanya. Melalui Pratiwi-lah Adelia mendapatkan kepercayaan untuk keluar rumah.
            Harapan kini tinggalah harapan. Cita-cita orang tua Adelia untuk menjadikan anaknya sebagai insinyur harus dijalani dengan susah payah olehnya. Dirinya terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya untuk menunjukkan sebagai anak yang berbakti.
            Menjalani kehidupan memang tidaklah mudah, terlebih bagi remaja yang belum memiliki kemampuan untuk mengolah emosi seperti Adelia. Perempuan cantik ini terus saja berpacaran secara sembunyi-sembunyi di rumah Arfian, bahkan tak jarang dia masuk ke kamar lelaki yang belum sah itu, meskipun ibu Arfian sendiri mengetahui hal tersebut, tapi tidak berdaya untuk melarang karena ibu Arfian berbeda dengan orang tua Adelia yang kasar dan keras kepala.
            Hingga suatu ketika, Adelia harus melanjutkan sekolah di ITB, sedangkan Arfian di UI sehingga keduanya harus terpisah oleh jarak. Sebelum itu, mereka telah membuat komitmen untuk saling setia dimanapun berada. Diluar dugaan, mereka melakukan hubungan badan hingga menyebabkan Adelia hamil.
            Orang tua Arfian yang mengetahui hal ini lantas mendatangi rumah keluarga Adelia dan hendak manyampaikan kesanggupan mereka untuk bertanggung jawab. Namun, keluarga Adelia menolak pertanggungjawaban orang tua Arfian, karena menganggap Adelia tidak pantas dinikahi oleh seorang yang bukan insinyur, apalagi masa depan Arfian belum jelas.
            Tanpa diduga, keluarga Adelia menolak pertanggungjawaban keluarga Arfian dan memilih untuk membesarkan sendiri bakal calon bayi mereka. Ibu Arfian merasa sakit hati mendengar penolakan dan ucapan pedas yang keluar dari mulut Ibu Adelia. Bayi yang tidak berdosa ini sekarang menjadi kekhawatiran semua orang, terutama Arfian yang serta merta berusaha untuk mencari tahu keberadaan Adelia bersama calon anak mereka. Karena setelah kedatangan orang tuanya tersebut, Adelia telah menghilang dan tidak diketahui keberadaannya oleh Arfian.
            Dibantu oleh Pratiwi, mereka terus mencari tanpa lelah. Menghubungi semua saudara Adelia yang dikenal Pratiwi, sahabat baik Adelia. Arfian tiada henti memikirkan calon bayinya, hingga melalaikan semua urusan perkuliahan. Tak disangka, keajaiban datang. Adelia menghubungi Pratiwi untuk datang ke alamat tempatnya melahirkan.
            Setibanya di rumah sakit, Pratiwi terkejut dengan cerita Adelia yang akan menitipkan bayinya di rumah sakit itu untuk menghilangkan jejak dan ingin melanjutkan sekolah insinyur, seperti keinginan orang tuanya. Arfian segera mengetahui kabar ini dari Pratiwi, tidak sabar mengambil bayi yang malang itu dan mengadopsinya, dia memberikan nama Arif dan merawatnya dengan bantuan sang ibu.
            Lambat laun Arfian mulai kualahan karena tangisan bayinya sungguh membuatnya harus merelakan waktu tidur. Arfian segera menghubungi Pratiwi dan mengajaknya menikah untuk mengurus Arif bersama-sama dan menyayanginya, meski Arif bukanlah anak kandung Pratiwi.

Kelebihan:

  • Cerita yang detail dalam halaman yang tidak terlalu tebal
  • Penceritaan secara runtut pada setiap kejadian
  • Setiap tokoh memiliki karakter yang jelas

Kekurangan: 

  •  Alur cerita mudah ditebak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sujiwo Tejo "Lupa Endonesa"

ENTROK - OKKY MADASARI

Bukan Pasar Malam – Pramoedya Ananta Toer